Induksi itu ...

Sesuai rencana, karena mules tak datang juga, Hari Kamis, 28 April 2011 saya check-in di RSIA Hermina Pasteur. Tiba di Hermina kira-kira jam tiga sore. Setelah lapor dan menyerahkan surat pengantar, saya langsung diantar ke ruang bersalin untuk persiapan induksi. Hubby menemani saya di dalam. Bapak dan Ibu menunggu di luar.
Setelah riwayat kesehatan dicatat, beberapa pemeriksaan dan perlakuan awal diberkan. Mulai rekam jantung, tekanan darah, diberi seragam rumah sakit, cukur-cukur ;-), dan kuras isi perut. Ternyata tekanan darah saya agak tinggi, 130/80 atau 130/90, saya lupa. Saya diminta tes urine. Setelah semua selesai, saya diminta menunggu. Oya, waktu itu katanya sudah pembukaan satu.
Induksi dimulai sekitar pukul setengah tujuh malam. Bapak dan Ibu saya minta pulang saja, berisitrahat di rumah. Toh, prosesnya diperkirakan berangsung lama. Hubby juga meninggalkan saya sebentar untuk mengurus administrasi pendaftaran, sekalian mencari makanan untuk cemilan dan makan malam.
Sendirian, saya tunggu-tunggu rasa mules datang. Hmmm, kok, belum ada juga. Bidan yang bolak-balik datang memeriksa bolak-balik mengatakan,"Sekarang pasti sedang mules, ya, Bu. Ini perutnya kenceng." Saya bingung menjawabnya. Iya, sih, memang terasa mengencang, keras bila ditekan, tapi saya pikir itu karena gerakan janin. Waktu rekam jantung, bidan lain juga bertanya, "Ibu minum rumput fatimah, ya? Kontraksinya mantep, nih." Ooooo, waktu itu saya baru ngeh, ini rupanya yang disebut kontraksi. Perut bagian atas mengencang dan pinggang terasa pegal. Waktu itu sekitar pukul setengah sembilan, kontraksi saya rasakan sekitar dua menit sekali, sudah pembukaan dua. Akhirnya cairan infus habis sekitar pukul satu dini hari. Pembukaan jalan di tempat. Tidak bertambah. Sementara induksi dihentikan.
Induksi dilanjutkan pukul enam pagi. Sekitar pukul tujuh, dokter datang memeriksa. Masih pembukaan dua. Dokter meminta saya siap-siap berpuasa. Kalau sampai siang tidak ada perubahan, terpaksa diambil tindakan operasi. Hmm, OK, no problem, pikir saya. Kita tunggu saja.
Pukul delapan, Hubby berangkat untuk ujian. Sementara, Ibu yang menemani saya. Hubby bilang, dia akan kembali segera setelah ujian selesai, sebelum waktunya Shalat Jumat.
Pukul sebelas, pembukaan masih jalan di tempat. Dokter meminta saya menunggu sampai pukul satu sebelum diputuskan apakah tindakan operasi jadi dilakukan. Hmmm, jadi deg-degan.
Dan, waktu yang ditunggu tiba. "Ibu, kata Dokter Irna, nanti Ibu masuk ruang operasi jam dua, ya."

Comments

Popular Posts